Guru Besar FEB UI Rhenald Kasali Mendapatkan Anugerah Penghargaan dari IKAPI

Guru Besar FEB UI Rhenald Kasali Mendapatkan Anugerah Penghargaan dari IKAPI

 

Nino Eka Putra ~ Humas FEB UI

Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia sekaligus salah satu Pakar Manajemen berkelas dunia, Prof. Rhenald Kasali mendapatkan anugerah penghargaan dari Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) dalam kategori ‘Writer of the Year 2018’ saat pembukaan Indonesia International Book Fair (IIBF), di JCC, Senayan, Rabu (12/9/2018).

Menurut penilaian IKAPI, Rhenald Kasali merupakan sosok penulis yang berpengaruh besar bagi kaum muda maupun para pemimpin. Buktinya, setiap kali bukunya diterbitkan selalu menjadi best seller, karena mampu meluruskan segala kesimpangsiuran. Selain itu, setiap kali kolomnya terbit selalu viral di kalangan publik.

Sementara itu, kontribusinya terhadap bangsa ini, yaitu dengan mendirikan ‘Rumah Perubahan’ sekaligus sebagai orang pertama yang memaksa masyarakat Indonesia untuk berwirausaha pada era 1998 – 2000 saat terjadi gelombang PHK besar-besaran. Ia juga yang memperkenalkan pentingnya perubahan yang dituangkan melalui karya bukunya yang berjudul Change!.

“Di saat segelintir orang menuding masalah menurunnya daya beli, saya berusaha untuk menjelaskan kepada mereka penyebabnya, yaitu efek Disruption (2017),” kata Rhenald Kasali di media online Republika.co.id, (12/9/2018).

Pada tahun ini juga, pandangan-pandangannya menjadi fenomenal karena dalam uraiannya mampu menggoda di dalam buku The Great Shooting yang menjadi top book sale mengalahkan buku-buku fiksi. “Manusia mempunyai kecenderungan untuk lebih percaya pada cerita (fiksi) dibandingkan fakta atau data,” ungkap Rhenald Kasali.

Hal ini menjadi rumit di era disrupsi, karena mesin pintar mempunyai fitur filter bubble yang membuat manusia tenggelam dalam realitas subyektifnya masing-masing. Oleh karena itu, bagi para akademisi yang mempunyai peran sebagai penjaga pintu gerbang ilmu menjadi lebih rumit. Akademisi dengan keahlian nonfiksi dituntut mengartikulasikan kebenaran dalam bentuk cerita untuk turut mencerdaskan bangsa. Karena di tangan ilmuwan, setiap informasi harus melewati proses validasi.

“Ketidakmampuan para akademisi melakukan hal itu berakibat fatal bagi masa depan dan kemajuan bangsa. Masyarakat akan dipenuhi oleh ruang-ruang kosong kebenaran yang lalu diisi oleh hoax, cerita-cerita yang menakutkan namun menorehkan luka-luka dan kebencian. Maka di negeri ini critical thinking dan big picture thinking menjadi suatu kemewahan,” tutup Rhenald Kasali. (Des)

 

Sumber: Republika.co.id. Rabu, 12 September 2018