Ari Kuncoro: Lawan Perang Dagang AS Dengan Ekspor Non-Komoditas

Ari Kuncoro: Lawan Perang Dagang AS Dengan Ekspor Non-Komoditas

 

Nino Eka Putra ~ Humas FEB UI

JAKARTA – Presiden Amerika Serikat, Donald Trump memberikan peringatan perang dagang ke Indonesia terkait hubungan dagang dengan mencabut sejumlah perlakuan khusus bagi komoditas Indonesia. Dilihat dari daftar negara yang terkena review perdagangan Amerika Serikat berdasarkan rilis pengumuman pada 2017 ada 17 negara yang terkena dampak, salah satunya Indonesia berada di urutan ke-16.

Indonesia mempunyai nilai surplus perdagangan dengan Amerika Serikat di angka 9,54 miliar USD. Inilah penyebab AS melakukan renegosiasi dengan Indonesia dan mengkaji ulang 124 produk asal Indonesia. Tentu, Menteri Perdaganagan RI, Enggartiasto Lukita menegaskan bahwa pemerintah siap mengambil tindakan dan melakukan perang dagang apabila AS melakukan ancaman terhadap produk Indonesia.

“Bila melihat neraca pembayaran negara kita tergantung pada arus modal bukan ekspor-impor. Namun, disayangkan perang dagang ini menimbulkan ketidakpastian dunia dan berimbas kepada nilai tukar mata uang kita terhadap dollar AS. Untuk mengatasi itu, kita harus memperbanyak suplai devisa dari segi ekspor bukan komoditi” jelas Ari Kuncoro dalam news talkshow ‘Hot Economy’ di BeritaSatu TV (9/7/2018).

Sementara itu, Indonesia harus meningkatkan infrastruktur objek pariwisata untuk mengundang perhatian tourism datang ke Indonesia & membekali tenaga kerja Indonesia dengan keahlian khusus demi mendapatkan devisa dan mampu bersaing dengan negara lainnya.

Langkah yang mesti diterapkan Indonesia dalam hal negoisasi dengan AS, misalnya dengan mempermudah para pelajar Indonesia yang ingin menempuh pendidikan di AS dengan cara diberikan potongan harga dan dimudahkan dalam hal visa. Sebaliknya, apabila perusahaan research development AS ingin memanfaatkan tenaga-tenaga insinyur, engineering pertanian Indonesia, AS bisa meletakkannya di Indonesia dengan meringankan beban pajaknya.

Pemerintah Indonesia harus bekerjasama dengan pihak swasta dalam hal mengevaluasi terhadap masih lemahnya capital account, sehingga ketidakpastian akan diterjemahkan menjadi situasi nilai tukar. “Maka ada 3 hal yang harus ditingkatkan juga, pertama, sektor manufaktur harus bisa memperbesar nilai tambah; kedua, kita harus menekan defisit di sektor jasa terutama transportasi dan keuangan; ketiga, kita harus meningkatkan sarana-prasara objek pariwisata dan mempromosikannya ke negara lainnya” tutup Ari Kuncoro. (Des)