Perlu Terobosan untuk Dongkrak Pertumbuhan Medi Indonesia

Medi Indonesia

Jum’at, 22 September 2017 08:25 WIB

ANTARA/INDRIANTO EKO SUWARSO

 

GUBERNUR Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini berada di kisaran 5,1%-5,2%. Batas bawah perkiraan itu lebih rendah bila dibandingkan dengan target pemerintah dalam APBN-P 2017 yang sebesar 5,2%.

Agus menyatakan secara umum kondisi ekonomi nasional membaik, tetapi perlu adanya kewaspadaan. “Neraca perdagangan kita surplus US$1,7 miliar. Komoditas andalan kita juga membaik seperti kelapa sawit dan batu bara. Tapi mesti waspada, siapa tahu harga-harga itu turun. Jangan lengah,” paparnya saat orasi ilmiah dalam rangka Dies Natalis Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (UI) di Depok, Rabu (20/9).

Pengamat ekonomi Universitas Indonesia David Sumual mengatakan target pertumbuhan sebesar 5,2% yang digadang pemerintah sangat sulit direalisasikan mengingat lemahnya pertumbuhan konsumsi yang masih di bawah target. Sebelumnya Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution memperkirakan pertumbuhan konsumsi rumah tangga tahun ini tumbuh 5,1%, konsumsi pemerintah 4,6%, dan investasi 5,4%. “Tapi pada kuartal II 2017 kemarin pertumbuhan konsumsi masih bertengger di level 4,9%,” ujar David.

Guru Besar Ekonomi Universitas Padja-djaran Ina Primiana menyatakan, jika melihat data-data mikro atau sektor real dengan hampir semua sektor padat karya mengalami perlambatan, prediksi BI mengenai angka pertumbuhan ekonomi sangat masuk akal.

Hal itu antara lain disebabkan terlalu banyak persoalan yang dihadapi dunia usaha, khususnya beberapa kebijakan yang terlalu membuka lebar terhadap impor tanpa perlindungan industri dalam negeri. Selain itu, masih terbatasnya fasilitas infrastruktur yang meningkatkan beban logistik.

Pemerintah, kata Ina, juga perlu menjaga pasar domestik untuk kepentingan industri dalam negeri, khususnya yang padat karya agar ekonomi bergeliat kembali.

“Pemerintah mesti melakukan sejumlah terobosan. Menggenjot nilai ekspor dan merangkul banyak investor menjadi kunci utamanya.” (try/cah/E-2)