Bedah Buku “Jejak Perlawanan Begawan Pejuang – Sumitro Djojohadikusumo”

Bedah Buku “Jejak Perlawanan Begawan Pejuang – Sumitro Djojohadikusumo”

Depok, 11 Maret 2015, Pusat Sumber Belajar-Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia bekerjasama dengan Yayasan Arsari Djojohadikusumo (YAD)  mengadakan bedah buku “Jejak Perlawanan Begawan Pejuang – Sumitro Djojohadikusumo” yang diterbitkan Pustaka Sinar Harapan, April 2000. Selama 1942-1994, Sumitro menulis sebanyak 130 buku dan makalah dalam bahasa Inggris. Kegiatan ini merupakan apresiasi terhadap perjuangan hidup Sumitro dalam dunia ekonomi dan politik guna membangun Negara Indonesia menjadi lebih baik. Semangat perjuangan dan tauladan Sumitro inilah yang ingin diperkenalkan kepada generasi penerus, terutama mahasiswa FEB UI, dimana Sumitro adalah salah satu pendiri fakultas ini.

Bedah buku ini dibuka oleh Prof. Arie Kuncoro, Ph.D. selaku Dekan FEB UI dan diisi oleh beberapa narasumber yang mengenal Prof. Sumitro dengan baik, antara lain Prof. Dr. Moh. Arsjad Anwar, Prof. Mayling Oey-Gardiner, Ph.D., Thomas A.M. Djiwandono, M.A. yang dimoderatori oleh Komara Djaja, Ph.D.

Buku ini berisi perjuangan Sumitro Djojohadikusumo dalam lingkungan keluarga, pendidikan, perjuangan diplomasi dan ketegangan ekonomi yang beliau alami semasa hidupnya. Menurut Prof. Mayling “Sejarah Bangsa Indonesia di awal kemerdekaan ditulis secara menarik sebagai ceritera dengan Prof. Sumitro Djojohadikusumo sebagai pemeran utamanya. Pembaca, terutama yang sudah cukup umur, dengan mudah mengidentifikasi dengan pahlawan dalam ceritera sehingga membuatnya sulit meletakkan buku Jejak Perlawanan Begawan Penjuang. Ceritera perlawanan terhadap musuh bangsa tetap masih relevan hingga kini, termasuk melawan musuh bangsa terbesar, yaitu korupsi.”

“Seterusnya, perekonomian Indonesia tidak berkembang sebagaimana diidamkannya,  walaupun Prof. Sumitro dididik dalam lingkungan pemikiran sosialistis yang humanis dengan kecenderungan ideologis yang berpihak pada pasar dan ramah pada kebutuhan rakyat lemah dan/atau miskin. Sementara perekonomian nasional yang makin didominasi pengusaha besar dengan berbagai kroni ekonomi sangat mengecewakannya. Keadaan sejak paruh kedua penguasaan Orba berlawanan dengan ideologi yang diembannya: ‘kerakyakatan yang tidak pernah padam’. Yang diharapkannya adalah berkembangnya Koperasi, namun yang mendominasi adalah Konglomerasi, menguat dengan maraknya KKN yang dikatakan telah ‘membudaya’, musuh bangsa paling ganas hingga kini”, ujar beliau kembali.

Di usia ke-33, Sumitro pernah menjabat sebagai Menteri Perdagangan dan Perindustrian RI dan ikut mendirikan Fakultas Ekonomi UI. Ia meraih gelar doktor di Nederlandse Economise Hogeschool, Rotterdam, Belanda pada tahun 1943 dengan disertasi berjudul Het Volkscredietwezen in de Depressie.

Sumitro memperoleh banyak penghargaan, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Misalnya, Bintang Mahaputra Adipradana (II), Panglima Mangku Negara, Kerajaan Malaysia, Grand Cross of Most Exalted Order of the White Elephant, First Class dari Kerajaan Thailand, Grand Cross of the Crown dari Kerajaan Belgia, serta yang lainnya dari Republik Tunisia dan Prancis.(RSB)

-Humas FEB UI-