LPEM FEB UI Jelaskan 6 Alasan Utang Pemerintah Relatif Terkendali

LPEM FEB UI Jelaskan 6 Alasan Utang Pemerintah Relatif Terkendali

 

Delli Asterina ~ Humas FEB UI

Jakarta. Tren kenaikan utang pemerintah belakangan memicu kegelisahan dan perdebatan publik. Namun, Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) menilai, utang pemerintah masih dalam kondisi yang terkendali. Dalam seri analisis makroekonomi Indonesia Economic Outlook 2019 yang diterima Kontan.co.id, Selasa (5/2), Kepala Riset LPEM FEUI Febrio Kacaribu menyebutkan, utang pemerintah memang meningkat relatif lebih cepat dalam empat tahun terakhir, dengan jumlah saat ini berkisar 1,7 kali lebih besar dibandingkan 2014. Ada beberapa alasan mengapa utang pemerintah saat ini belum pada posisi yang mengkhawatirkan.

Pertama, sebagian besar utang berada dalam mata uang domestik. Pada kuartal-III 2018, LPEM UI mencatat utang dalam mata uang asing mencapai Rp 1.873 triliun, sementara utang dalam mata uang Rupiah mencapai Rp 2.544 triliun atau setara dengan 58% dari total utang.

Kedua, pemerintah memang bergantung pada kreditor eksternal dibandingkan domestik mengingat sekitar 40% dari utang pemerintah dalam bentuk Rupiah dimiliki oleh asing. Aliran modal portofolio yang secara tiba-tiba mengalami goncangan dapat menimbulkan ancaman serius terhadap nilai tukar, seperti yang terjadi di periode 2018 dan 2013-2015.

Ketiga, meski nominal utang terlihat semakin tinggi selama lima tahun terakhir, rasio utang terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia masih jauh lebih rendah dibandingkan 15 tahun lalu.

Keempat yang menjadi catatan LPEM UI, pemerintah cenderung menambah pinjaman berjangka panjang yang merupakan aspek penting dalam pengelolaan utang. Data terakhir pada kuartal-III 2018 menunjukkan total utang pemerintah sebesar Rp 4.416 triliun atau tumbuh 14,2% yoy.

Kelima, LPEM UI menyadari semakin besar utang, semakin besar pula beban pembayaran bunga utang yang mesti ditanggung pemerintah. Selain itu, pembayaran bunga membesar juga akibat kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah yang sangat bergantung pada keadaan pasar.

Keenam, terkait dominasi utang jenis sekuritas yang terlihat terlalu besar dalam komposisi utang pemerintah. Berdasarkan catatan LPEM UI, kontribusi utang jenis ini terhadap total utang mengalami peningkatan dari 68% di kuartal-III 2012, menjadi 81% di kuartal-III 2018. Kondisi ini pula yang menjadi salah satu penyebab relatif tingginya beban pembayaran bunga.

“Harus diakui, besarnya porsi utang dalam bentuk surat berharga menimbulkan risiko, yakni rentan terhadap guncangan pasar global. Setiap kali guncangan global terjadi, investor cenderung menjual aset dari negara berkembang, termasuk di dalamnya obligasi pemerintah Indonesia, dan memindahkan uang mereka pada aset yang lebih aman,” kata Febrio.

Berdasarkan keenam aspek tersebut, LPEM UI menyimpulkan utang pemerintah Indonesia saat ini masih berada dalam tingkatan yang rendah dan dikelola secara hati-hati.

Sumber : https://nasional.kontan.co.id/news/lpem-ui-sampaikan-enam-poin-yang-menegaskan-utang-pemerintah-relatif-terkendali