Kesenjangan Informasi dan Pengambilan Kebijakan Publik

Kesenjangan Informasi dan Pengambilan Kebijakan Publik

 

Nino Eka Putra ~ Humas FEB UI

DEPOK – Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia menyelenggarakan Kuliah Umum mata kuliah Pengatar Ekonomi 1 yang berlangsung di Auditorium Soeria Atmadja dan Student Center, pada Senin (10/12/2018).

Dekan FEB UI, Prof. Ari Kuncoro, Ph.D., sebagai pemateri dalam Kuliah Umum ini membahas mengenai Frontier of Mikroekonomi. Ia mengatakan bahwa kesenjangan informasi (Asymmetric Information) merupakan perbedaan dalam akses ke pengetahuan yang relevan dalam hal transaksi ekonomi. Ketika ada tindakan tersembunyi dan pelaku utama mungkin khawatir bahwa agen menderita masalah moral hazard (tidak menjaga amanah).

Reaksi pasar menanggapi kesenjangan informasi dengan dua cara, yaitu pensinyalan mengacu pada tindakan yang diambil oleh pihak yang mendapat informasi untuk mengungkapkan informasi pribadi kepada pihak yang tidak mendapatkan informasi. Kemudian, Penyaringan terjadi ketika tindakan yang diambil oleh pihak berseragam menginduksi pihak yang mendapat informasi untuk mengungkapkan informasi.

“Pasar swasta terkadang berurusan dengan kesenjangan informasi dengan pensinyalan dan penyaringan. Meskipun kebijakan pemerintah terkadang dapat meningkatkan hasil pasar namun pemerintah sendiri bukanlah institusi yang sempurna,” ucap Ari Kuncoro.

Mengacu pada teori Paradoks Condorcet yang menunjukkan bahwa kekuasaan mayoritas mungkin gagal menghasilkan preferensi transitif bagi masyarakat. Selain itu, teori kemustahilan Arrow juga menunjukkan bahwa tidak ada skema voting yang sempurna.

Dalam banyak situasi, institusi demokratis akan menghasilkan hasil yang diinginkan oleh pemilih median, terlepas dari preferensi pemilih lainnya. Individu yang menetapkan kebijakan pemerintah dapat dimotivasi oleh kepentingan pribadi daripada kepentingan nasional.

Studi psikologi dan ekonomi mengungkapkan bahwa pengambilan keputusan manusia lebih kompleks daripada yang diasumsikan dalam teori ekonomi konvensional. Orang tidak selalu rasional, mereka peduli dengan keadilan hasil ekonomi dan mereka bisa tidak konsisten seiring waktu. “Oleh karena itu, saat ini kita hidup di dunia yang tidak pasti atau selalu berubah dan yang bisa diharapkan hanyalah orang cerdik yang mempunyai pengetahahuan dalam mengambil keputusan,” tutupnya. (Des)