Seminar Departemen Ilmu Ekonomi Kaji Faktor yang Memengaruhi Perilaku Beramal di Indonesia

Seminar Departemen Ilmu Ekonomi Kaji Faktor yang Memengaruhi Perilaku Beramal di Indonesia

 

Nino Eka Putra ~ Humas FEB UI

DEPOK (4/7/2018) ā€“ Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia kembali menggelar seminar mingguan yang sudah menjadi agenda rutin berdasarkan penetapan BAN-PT untuk memenuhi syarat terhadap mahasiswa yang ingin mengajukan sidang skripsi maupun mahasiswa yang telah usai dan lulus dalam sidang skripsi.

Pada seminar mingguan kali ini yang bertindak sebagai pembicara ialah Regina Cara Riantoputra berasal dari mahasiswa S-1 Ilmu Ekonomi dengan pembimbing Turro Wongkaren, Ph.D., berlangsung di ruang Suntoro Isman, Gedung Departemen IE, pada Rabu (4/7/2018).

Materi yang dibahas mengenai ā€œKarakteristik Pemberi, Dampak Pendapatan, Pendidikan, dan Religiusitas Sebagai Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Beramal di Indonesiaā€. Data yang diperoleh berasal dari dua sumber, di antaranya data dari Indonesia Family Life Survey (IFLS), dan World Values Survey (WVS).

Studi ini menjelaskan tentang perilaku beramal atau perilaku yang berorientasi untuk membantu orang lain, meskipun ada unsur kepuasan untuk diri sendiri. Bila melihat dari dua data set, yaitu satu data set yang mengukur perilaku beramal dari segi finansial (uang) yang mereka berikan, kemudian data set lainnya mengukur dari segi sosial maupun segi waktu yang diberikan.

ā€œMeskipun orang yang lebih kaya itu, lebih mungkin untuk memberikan donasi ke pihak charity tetapi porsi yang didonasikan oleh orang miskin itu lebih besar dibandingkan orang yang lebih kaya. Meskipun kondisinya demikian, orang miskin tersebut lebih murah hati menggunakan uangnya untuk membantu orang lainā€ kata Regina Cara.

Sama halnya dengan waktu, penemuan studi ini juga menunjukkan bahwa orang miskin lebih aktif dalam mengkontribusikan waktunya ke organisasi charity dibandingkan dengan orang yang lebih kaya. Dari sisi pendidikan hasil yang diperoleh konsisten juga, karena orang yang terdidik akan lebih mungkin untuk memberikan donasi yang lebih besar dan mengkontribusikan waktu lebih aktif dibandingkan dengan orang yang kurang terdidik.

Selain itu, dari sisi religiusitas hasil yang diperoleh sangat berbeda. Karena melihat dari sisi finansial, orang yang sholeh/sholehah lebih mungkin memberi dalam jumlah besar tetapi tidak ada hubungan yang siginifikan antara religiusitas dengan waktu dalam hal tingkat keaktifan mereka pada charity organization.

Oleh sebab itu, manfaat dari penelitian ini untuk tiga pihak. Pertama, untuk pihak charity bisa menargetkan donor dalam hal donasi (uang) dan penetapan relawan dengan lebih strategis. Kedua, untuk pihak pemerintah harus menerapkan kebijakan pajak progresif yang lebih agresif lagi agar orang-orang yang mempunyai income dilevel yang tinggi harus dipajakkin yang lebih besar. Dan terakhir, pihak individu yang mengimplikasikan untuk refleksi diri terhadap pemikiran kita agar lebih peduli untuk membantu orang lain yang membutuhkan. (Des)

 

Ā 

Ā