Wil Hout: Krisis Sebagai Pembelajaran dalam Mengembangkan Pembangunan

Wil Hout: Krisis Sebagai Pembelajaran dalam Mengembangkan Pembangunan

 

Nino Eka Putra ~ Humas FEB UI

DEPOK – Program Pascasarjana Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia menyelenggarakan Kuliah Tamu dengan materi pembahasan “The Permanent Crisis of Development Aid” yang berlangsung di Student Center, pada Jumat (16/11/2018).

Pemateri pada kuliah ini ialah Prof. Dr. Wil Hout selaku Professor of Governance and International Political Economy at the International Institute of Social Studies (ISS) of Erasmus University Rotterdam. Krisis sebagai momen disorientasi kognitif dan strategis yang mendalam. Tetapi, juga sebagai momen untuk refleksi, kebijakan dan inovasi praktis.

Krisis bisa terjadi pada saat-saat pertama dan menyangkut gejala yang sebenarnya. Kemudian, terjadi ketika terungkap dan manajemen krisis tampaknya sudah tidak memadai. Dan terjadi pula di kemudian hari, biasanya ketika manajemen krisis telah berhasil atau efeknya bisa diatasi dengan kebijakan lain.

“Belajar dari krisis dunia tahun 1990-an, seperti kegagalan SAP, jatuhnya tingkat ODA dari negara-negara OECD (Development Assistance Committee) dan Bank Dunia. Selain itu, berdasarkan pengalaman MDGs yang mendapatkan perkembangan yang lebih tinggi dalam agenda politik, misalnya ODA meningkat dua kali lipat antara tahun 2000 dan 2016. Dinamisme baru di tingkat multilateral terlihat dalam konferensi tingkat tinggi tentang keefektifan bantuan dan berhasil dalam banyak hal, tetapi evaluasi PBB pada tahun 2015 menekankan kesenjangan antara ambisi,” tutur Wil Hout.

Langkah inovasi kebijakan untuk menekan krisis berfokus pada bantuan yang efektif dengan mengembangkan sasaran baru OECD dalam hal mengurangi separuh kemiskinan, meningkatkan mutu pendidikan dasar universal, perawatan kesehatan dasar, kesehatan reproduksi dan prinsip kepemilikan penerima serta harmonisasi donor.

Selain itu, tidak hanya fundamental ekonomi tetapi juga ditingkatkan tata pemerintahan yang baik, perhatian pada kerangka peraturan, dan meningkatkan layanan publik. “Solusi jangka pendek mungkin berdiri di jalan refleksi fana yang diperlukan untuk mengatasi krisis bantuan jangka panjang. Narasi pembangunan baru (MDGs, SDGs) mungkin telah berhasil di masa lalu, tetapi mungkin tidak lagi efektif untuk saat ini,” tutupnya. (Des)