Departemen Ilmu Ekonomi FEB UI Selenggarakan Kuliah Umum dari Gubernur Bank Indonesia

Departemen Ilmu Ekonomi FEB UI Selenggarakan Kuliah Umum dari Gubernur Bank Indonesia

 

Nino Eka Putra ~ Humas FEB UI

DEPOK – Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia menyelenggarakan Kuliah Umum dengan tema “Bauran Kebijakan Bank Sentral: Konsep dan Aplikasi di Indonesia” yang berlangsung di Auditorium Soeria Atmadja, Gedung Dekanat, pada Rabu (31/10/2018).

Kuliah umum ini sebagai mata kuliah Perekonomian Indonesia yang disampaikan oleh Perry Warjiyo, Ph.D., selaku Gubernur Bank Indonesia. Ia mengatakan instrumen untuk menghadapi inflasi dengan cara mengendalikan uang beredar, suku bunga, nilai tukar, dan pengendalian kredit. Selain itu, Inflation Targeting Framework (ITF) pada saat ini yang dikendalikan oleh Bank Indonesia dengan cara mengontrol uang beredar.

Ciri-ciri dari ITF terdiri dari kestabilan harga sebagai tujuan akhir kebijakan moneter, mengumumkan target inflasi jangka menengah, komunikasi insentif dengan publik, penggunaan monetary policy rules secara spesifik, publikasi prakiraan inflasi & output, dan penggunaan instrumen secara independen. Semua target tersebut ditetapkan oleh pemerintah.

“Inflasi sebagai sasaran akhir jangka panjang dan penerapan ITF sebagai kerangka kebijakan moneter mempunyai berbagai kelebihan, pertama sasaran inflasi sebagai fokus kebijakan moneter mampu menjangkar ekspektasi inflasi. Kedua, konsistensi kebijakan suku bunga untuk mengarahkan prakiraan inflasi ke depan sesuai sasaran inflasi. Ketiga, proses perumusan melalui RDG berdasarkan asesmen ekonomi sesuai proyeksi dan hasil riset. Keempat, komunikasi sebagai transparansi dan sekaligus instrumen kebijakan moneter,” kata Perry Warjiyo.

Dalam framework kebijakan moneter Flexible Inflation Targeting Framework, bank sentral harus mengevaluasi fungsi strategis kebijakan moneter dalam ekonomi terbuka yang menghadapi trrilema kebijakan terkait stabilitas nilai tukar, aliran modal asing, dan kemampuan kebijakan moneter dalam mencapai tujuan ekonomi domestik.

Sementara itu, Sasaran Manajemen Aliran Modal Asing (MAM) mendukung stabilitas nilai tukar dan mencegah risiko krisis neraca pembayaran dan capital reversal serta mitigasi prosiklisitas dan risiko sistemik dari akumulasi utang LN dan volatilitas aliran modal asing.

Bauran kebijakan yang dilakukan oleh Bank Indonesia dengan menaikkan suku bunga kebijakan moneter sebesar 150 bps menjadi 5,75% selama tahun 2018. Hal ini untuk menurunkan defisit transaksi berjalan ke dalam batas yang aman dengan koordinasi bersama pemerintah dan mempertahankan daya tarik pasar keuangan.

Selain itu, intervensi ganda di pasar valas dan pembelian SBN dari pasar sekunder khususnya pada saat terjadi pembalikan modal asing dalam jumlah besar, penyediaan Swap Valas dan Swap Hedging dengan biaya yang relatif murah, kebijakan lainnya untuk stabilisasi dan menjaga momentum pertumbuhan ekonomi.

Koordinasi kebijakan antar otoritas terus diperkuat dengan meningkatkan koordinasi antara pemerintah dengan otoritas terkait untuk menjaga stabilitas ekonomi dan ketahanan eksternal dalam kondisi ketidakpastian perekonomian global.

Kemudian, koordinasi dalam stabilisasi makroekonomi dengan cara mempertahankan daya tarik pasar keuangan domestik (khususnya obligasi pemerintah) dan pengendalian inflasi melalui TPI dan TPID. “Koordinasi dalam penurunan defisit transaksi berjalan dan koordinasi dalam akselerasi pendalaman pasar keuangan untuk pembiayaan ekonomi termasuk infrastruktur sangat efektif juga terhadap stabilisasi makroekonomi,” jelas Perry Warjiyo.

“Dengan itu, Bank Indonesia akan terus mencermati perkembangan dan prospek perekonomian, baik domestik maupun global untuk memperkuat respons bauran kebijakan yang perlu ditempuh untuk stabilisasi dan menjaga momentum pertumbuhan ekonomi,” tutupnya. (Des)